Soal dan Jawaban BAB II Tinjauan Umum Pengembangan Sistem & BAB III Kebijakan dan Perencanaan Sistem | Sistem Informasi
Nama: Muhamad Zein Algifari
NIM: 200511125
Kelas: R3
Mata Kuliah: Sistem Informasi
Soal
1. Sebutkan contoh-contoh jurnal publikasi tahun 2016-sekarang dan pembahasannya pada tema-tema penelitian yang bisa digunakan.
a.
Sistem
informasi
b.
Sistem
pendukung keputusan (spk)
c.
Sistem
pakar
d.
Sistem game teknologi
e.
Sistem
multimedia
f.
Sistem
jaringan
2. Bagi mahasiswa yang memiliki 1 digit terakhir pada nim jika ganjil maka uraikan komponen-komponen yang dibutuhkan pada perancangan sistem informasi akademik berbasis web. Sedangkan mahasiswa yang memiliki 1 digit terakhir pada nim genap, maka uraikan komponen-komponen yang dibutuhkan pada perancangan sistem informasi penjualan produk berbasis android (contoh data-data yang digunakan dan sebutkan juga informasi-informasi yang dihasilkan pada perancangan sistem)
3. Jelaskan alat-alat serta teknik yang bisa digunakan didalam pengembangan sistem
4. Jelaskan apa yang dimaksud dengan kebijikan sistem dan sebutkan tugas dari team palanning serta staff tsb! Serta sebutkan hal-hal yang dibutuhkan di dalam perencanaan sistem !
5. Bagi mahasiswa nim 1 digit terakhir ganjil, maka uraikan proyek-proyek sistem yang bisa dikembangkan dalam sutau PT, minimal 10 proyek sistem.
Jawaban
1.
Pembahasan
jurnal
a.
Sistem
informasi
Judul : Perancangan Sistem Informasi Akuntansi Upah Lembur
Karyawan Menggunakan Extreme Programming
Penulis : Setiawansyah, Heni Sulistiani, Asri Yuliani, Fikri
Hamidy
Tahun terbit : Agustus,
2021
Pembahasan :
Tujuan Penelitian : Untuk memudahkan dalam menghitung upah lembur Karyawan
Metode Penelitian : Observasi, wawancara dan metode
Extreme Programming
Pembahasan : Adapun cara menghitung pembayaran upah lembur adalah
sebagai berikut: 1.Menghitung berapa jam karyawan dengan nama Dimas Prayogo
tersebut bekerja, Karyawan tersebut kerja lembur selama 3 jam.
2.Menghitung upah
lembur :
Jam 1 dikali dengan 1,5 PUL = 1,5
Jam 2 dikali dengan 2 PUL = 4
Jadi lembur 3 jam = 5,5 upah lembur
10.Menghitung cara pembayaran upah lembur dengan rumus
1/173 X gaji pokok 1/173 X 3.000.000 = Rp. 14.451 per
satu jam
5,5 X Rp.14.451
= Rp. Rp 95.376
Jadi pembayaran upah lembur 3 jam lembur adalah
sebesar Rp. 95.376
Kesimpulan : Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dalam perancangan sistem
informasi akuntansi upah lembur karyawan menggunakan extreme programming sistem
yang dihasilkan dapat membantu pihak PT Sugar Labinta dalam melakukan
pengelolaan data lembur karyawan karena dapat mengatasi kesalahan dalam
perhitungan upah lembur, sistem yang dibuat dengan metode pengembangan extreme
programming juga lebih efektif dalam pengerjaan karena dapat menghasilkan
aplikasi dengan tingkat efisiensi kinerja yaitu 75% dari waktu target yang
telah direncanakan, serta sistem
informasi akuntansi yang
dihasilkan dalam pembuatan
laporan jurnal pengeluaran kas dapat membantu PT Sugar Labinta dalam mengelola
pengeluaran kas.
b.
Sistem
pendukung keputusan
Judul : Sistem Pendukung Keputusan Pemilihan Pegawai Honorer
Kelurahan Babura dengan Metode MFEP
Penulis : Supiyandi*, Andysah P. U. Siahaan, Alfiandi
Tahun terbit : Juli,
2020
Pembahasan :
Tujuan Penelitian : Untuk memudahkan dalam mengambil keputusan calon tenaga honorer yang
cenderung biasa dan subjektif dan menjauhkan dari kesalahpahaman dalam pengambilan keputusan
Metode Penelitian : Metode yang dipakai adalah
metode Multi Factor Evaluation Process
(MFEP)
Pembahasan : Pendapat di [4]. Pengambilan keputusan menggunakan
metode Multi Factor Evaluation Process dilakukan secara subyektif dengan menimbang
beberapa faktor yang berpengaruh terhadap alternatif. Langkah-langkah proses
perhitungan menggunakan metode MFEP, yaitu : 1. Menentukan faktor dan bobot
faktor dimana total pembobotan harus sama dengan 1 (∑ pembobotan = atau disebut
factor weight. 2. Mengisikan nilai tiap faktor yang di perlukan dalam proses
pengambilan keputusan, nilai yang dimasukan merupakan nilai objektif yaitu
factor evaluation yang nilainya 0 – 1 3. Proses perhitungan weight evaluation
merupakan perhitungan antara factor weight dan factor evaluation dengan
penjumlahan, dari hasil weight evaluation dapat menentukan hasil evaluasi. Dari
langkah proses perhitungan menggunakan metode MFEP di atas dapat direalisasikan
sebagai berikut:
1.
Perhitungan
nilai bobot evaluasi factor ditunjukkan dalam persamaan (1).
Keterangan:
EF : Evaluasi Faktor
X : Nilai Subkriteria
X max : Nilai x max
2.
Perhitungan
nilai bobot evaluasi ditunjukkan dalam persamaan (2).
Keterangan:
WE : Nilai bobot evaluasi
FW : Nilai bobot factor
E : Nilai evaluasi faktor
3.
Perhitunga
nilai total evaluasi ditunjuk dalam persamaan (3).
Kesimpulan : Adapun beberapa kesimpulan yang dapat dikemukakan pada
penelitian ini antara lain:
1. Metode MFEP
dapat digunakan dalam menentukan calon pegawai honor pada Kelurahan Babura.
2. Kriteria yang digunakan sebaiknya ditambahkan agar
memberikan tingkat akurasi yang baik.
3. Bobot preferensi dapat dikembangkan sehingga
memberikan akurasi dan hasil keputusan yang lebih baik.
4. Bobot preferensi
dapat memberikan variasi hasil terhadap alternatif yang diolah.
c.
Sistem
pakar
Judul : Sistem Pakar Identifikasi Hama Tanaman Buah Naga
Penulis : Arfa’ Yunida Nurhafizhah1 , Joan Angelina Widians* 2 ,
Edy Budiman3
Tahun terbit : Juni, 2020
Pembahasan :
Tujuan Penelitian :
untuk membantu seorang yang bukan bukan ahli dalam menyelesaikan masalah
yang memerlukan keahlian dari seorang pakar
Metode Penelitian : Metode yang dipakai adalah Metode
Certainty Factor
Kesimpulan : a. Penelitian telah merepresentasikan pengetahuan
pakar Pengendali Organisme Pengganggu Tumbuhan (POPT) dan sumber referensi lain
dalam mengidentifikasi hama pada tanaman buah naga yaitu 7 (tujuh) hama yang menyerang tanaman buah
naga di Kalimantan Timur yaitu bekicot (Achatina fulica), kutu putih
(Mealybugs), burung (Aves), lalat buah (Bactrocera papayae), tungau
(Tetranychus sp.), kumbang (Hypomeces squamosus) dan belalang (Aularches
miliaris).
b. Sistem pakar dapat membantu para petani dan
pembudidaya buah naga dalam mengidentifikasi hama yang menyerang tanaman buah
naga dan mendapatkan solusi pengendalian hama.
d.
Sistem
Game Teknologi
Judul : PENGEMBANGAN MEDIAGAME EDUKASI SEBAGAI SISTEM
INFORMASI ALTERNATIF ICE BREAKING PEMBELAJARAN DI MASA PANDEMI
Penulis : Tri Nugroho Budi Santoso,Kezia Novi Hastutiningtyas
Tahun terbit : Mei, 2021
Pembahasan :
Tujuan Penelitian :
untuk mengembangkan game edukasi sebagai alternatif ice breaking
pembelajaran di masa pandemi
Metode Penelitian
: Penelitian yang dilakukan
merupakan jenis penelitian
dan pengembangan (Research
and Development). Meliputi Research
and information collecting, Planning,danDevelop preliminary
form of product.
Pembahasan :
ahapan awal ini dilakukan dengan 2 kegiatan yaitu survei literaturdan analisis
kebutuhanstudi literatur bertujuan
untuk meningkatkan pemahaman
secara teoritis tentang
produk yang akan dihasilkan, sehingga
terdapat jaminan produk
dikembangkan dengan teori
yang kuat dan
dapat dipertanggung jawabkan.
Adapun kegiatan yang
dilakukan adalah melakukan
analisis Kompetensi
Pembelajaran Ekonomi di
tingkat SMA untuk
dapat dipilih materi
yang cocok dan
dirasa sesuai dengan permasalahan
penelitian. Untuk mendukung
reverensi yang relevan
survey literasi juga dilakukan dengan
mereview beberapa informasi
dari jurnal ilmiah. Analisa Kebutuhanberdasarkansurvei literatur
yang telah dilakukan,
maka keseluruhan data
yang diperoleh diolah
dalam analisa kebutuhan yang
terdiri dari analisis pengguna, analisis kurikulum, analisis pembelajaran, dan
analisis sarana prasarana. Berdasarkan analisis
yang ada adapun
hasil akhir yang
diambil sebagai analisis
kebutuhan adalah pembuatan game edukasipada
materiakuntansi sebagai sistem
informasi. Adapun pertimbangan
pemilihan materi tersebut adalah karakteristik materi pembelajaran yang
dianggap pada tingkatan yang sulit. Untuk membuat media pembelajaran game
edukasi ini software yang digunakan adalah microsoftpower point berbasis
fasilitas hyperlink.
Kesimpulan :
Pembelajaran terus dikembangkan
dengan berbagai cara
yang berbeda diantaranya
yaitu metode yang digunakan dalam pembelajaran,model seperti apa yang
digunakan dalam pembelajaran, dan
media yang digunakan
dalam
pembelajaran.Perancangan
Game edukasi ini
adalah wujud kepedulian akan
pentingnya suatu media pembelajaran dalam menunjang sebuah pembelajaran dengan
memanfaatkan sebuah game
edukasi untuk pesserta
didik dapat memahami
sebuah materi.Banyak yang harus
dipelajari untuk menghasilkan game yaitu pertama harus mengetahui konten apa
yang akan digunakan,dan aplikasi apa
yang akan dikembangkan
menjadi game,selanjutnya membuat
konsep perancangan dan kemudian
memproduksi konsep tersebut
menjadi sebuah game.Game
merupakan salah satu media
yang sangat inovatif
karena dengan game
siswa tidak bosan
dengan pembelajaran.Produk media
yang dikembangkan dapat
dikolaborasikan dengan proses
pembelajaran saat masa pandemi. Format power point yang
fleksibel dapat diakses melalui pc atau laptop maupun smartphone.
e.
Sistem
Multimedia
Judul : Pengembangan Multimedia Edugames Berbasis Autoplay
pada Materi Sistem Reproduksi untuk SMP/ Mts Kelas IX
Penulis : Fauziatun Ni’mah, Dwi Candra Setiawan
Tahun terbit : November,
2021
Pembahasan :
Tujuan Penelitian :
untuk meningkatkan motivasi peserta
didik untuk mempelajari
materi dan mendorong peserta didik untuk berfikir kritis
dan efektif
Metode Penelitian
: Metode yang dipakai adalah model ADDIE.
Model ADDIE merupakan
model pengembangan singkatan
dari Analysis, Design, Develop,
Implement, Evaluate. Namunpada penelitian ini berhenti pada tahapan Develop,
sedangkan untuk tahapan Implementdan Evaluatetidak dapat dilaksanakan karena
keterbatasan waktu
Pembahasan :
Multimedia edugames berbasis autoplaypada materi sistem reproduksi untuk SMP/MTs
kelas IX ini dikembangkan dengan
menggunakan softwareAutoplay Media Studio
8yang dikemas dalam multimedia interaktif
yang lengkap dan
menarik. Autoplay Media
Studio 8 mendukung
semua media baik materi
berupa paragraf, gambar, animasi,
video, quis dan
games serta dilengkapi
dengan menu untuk membuat
tombol-tombol navigasi.
Kegiatan pembelajaran dengan
bermain dapat meningkatkan
kemampuan metakognitif peserta didik, hal
ini sesuai dengan
Setiawan dan Setiawan
(2020) yang menyatakan
bahwa kegiatan pembelajaran yang
memuat unsur gamemampu memberdayakan
kemampuan berfikir kritis
peserta didik, berfikir kritis
ini merupakan salah
satu keterampilan dalam
pengmbangan metakognitif
seseorang. Lebihlanjut sejalan dengan
Saputri, dkk. (2018)
menyatakan bahwa adanya multimedia interaktif berbasis edugames
sesuai dengan karakter siswa yang senang bermain maka pembelajaran yang menyajikan
multimedia interaktif yang
dikombinasikan dengan permainan
akan lebih membantu siswa dalam memahami materi.
Kesimpulan :
Berdasarkan hasil dan
pembahasan penelitian yang
telah dilakukan didapatkan
bahwa multimedia edugames berbasis
autoplay pada materi
sistem reproduksi untuk
SMP/MTs kelas IX memenuhi
syarat kelayakan sebesar
96,92% dari aspek
materi dengan kriteria
sangat baik, 73,75% layak
dari aspek media
dengan kriteria baik
dan serta mendapatkan
respon dari guru
dengan kriteria sangat baik
dengan tingkat kelayakan
96,67% dan respon
dari peserta didik
dengan kriteria sangat baik
dengan tingkat kelayakan
97,75%. Berdasarkan data tersebut
maka dapat disimpulkan
bahwa media pembelajaran multimedia edugamesberbasis autoplaypada materi
sistem reproduksi untuk SMP/MTs kelas IX sangat layak digunakan
dalam pembelajaran.
f.
Sistem
jaringan
Judul : ANALISA DAN PERANCANGAN SISTEM JARINGAN BERBASIS VLAN
DENGAN METODE NDLC PADA SMK BOEDI LUHUR
Penulis : Agus Suharto1 , Irfan 2
Tahun terbit : Oktober,
2019
Pembahasan :
Tujuan Penelitian : untuk membuat sebuah solusi
kemacetan jaringan dalam pengiriman data di lingkungan LAN.
Metode Penelitian
: Metode pengembangan sistem jaringan yang digunakan dalam melaksanakan
penelitian adalah dengan menggunakan pola pendekatan. Pendekatan Network
Development Life Cycle (NDLC) yang merupakan serangkaian aktivitas yang
dilaksanakan oleh profesional dan pemakai sistem jaringan untuk mengembangkan
dan mengimplementasikan sistem jaringan
Pembahasan : Pada pembahasan ini secara keseluruhan pembuatan VLAN
dalam bentuk jaringan yang sebenarnya yang akan diimplementasikan dalam
aplikasi Packet Tracker 5.2. Ada 6 (enam) VLAN yang akan terkonfigurasi
diantaranya adalah VLAN 10,20,30,40,50 dan 99. Kemudian satu Router yang akan
menghubungkan antar vlan satu dengan vlan lainnya. Akan ada kurang lebih 50 PC
yang terkonfigurasi pada pembentukan rancangan jaringan Vlan ini
Kesimpulan : Bebarapa hal yang dapat penulis simpulkan berdasarkan
penelitian yang di lakukan yaitu: 1) Performance jaringan pada VLAN menjadi
lebih optimal, sehingga akses antara jaringan local menjadi lebih cepat dan
dapat disesuaikan dalam traffic yang terjadi dalam jaringan tersebut, karena
adanya pengiriman paket data secara bersamaan. 2) Untuk sistem keamanan pada
jaringan lebih terjamin karena dalam VLAN ini dapat di atur VLAN mana saja yang
dapat dikomunikasikan dan VLAN mana saja yang tidak dapat dikomunikasikan, hal
tersebut dapat dilakukan dengan mengkonfigurasi router. 3) VLAN memudahkan
manajemen jaringan karena pengguna yang membutuhkan sumber daya yang dibutuhkan
berbagi dalam segmen yang sama.
2.
Komponen-komponen
yang dibutuhkan pada perancangan sistem informasi akademik berbasis web yaitu
a.
Hardware
1)
Input
keyboard, mouse,
scanner
2)
Proses
CPU, RAM, VGA
3)
Output
Monitor, printer
b.
Software
1)
Bahasa
Pemrograman
HTML, Javascript,CSS,PHP
2)
HTTP,
URL, DNS,Web Server, Web Browser
c.
Prosedur
1.
Pengumpulan
Tugas di E-Learning
Gambaran sistem :
a)
Login
akun dan masukkan User name dan Password
b)
Pilih
Course
c)
Pilih
room Tugas
d)
Klik
tambahkan tugas
e)
pilih
masukkan tugas
f)
ketik
nama file
g)
simpan
tugas
2.
Pengunduhan
materi course di E-Learning
a)
Login
akun dan masukkan User name dan Password
b)
Pilih
course
c)
Pilih
materi course
d)
Klik
materi course dan otomatis materi di unduh
3)
Pemilihan
Course di E-Learning
a)
Login
akun dan masukkan User name dan Password
b)
Pilih
course lainnya
c)
Pilih
fakultas
d)
Pilih
jurusan
e)
Pilih
course
f)
Masukkan
kunci (kalau ada kunci)
g)
Klik
daftar
4)
Pengisian
KRS di Simaku
a)
Login
akun dan masukkan User name dan Password
b)
Pilih
menu KRS
c)
Pilih
Mata Kuliah
d)
Setelah
itu kunci mata kuliah
e)
Cek di menu SKS jika ada berarti sudah tersimpan
3.
PROSES
PENGEMBANGAN SISTEM (SYSTEM DEVELOPMENT PROSES)
Proses pengembangan system yaitu seperangkat aktivitas,
metode, dan praktik dan alat-alat terotomatisasi yang digunakan untuk
meningkatkan dalam pengembangan system dan software.
1)
Siklus
(Life Cycle) dalam hal ini siklus Sistem Informasi adalah tahapan-tahapan dan
tugas-tugas yang harus dilakukan dalam mengembangkan sistem informasi, tanpa
memperhatikan sistem informasi jenis apa yang akan dibuat dan seberapa luas
yang harus di hasilkannya.
2)
Teknik
(Technique) adalah pendekatan bagaimana menggunakan alat-alat dan
peraturan-peraturan yang melengkapi satu atau lebih tahapan-tahapan dalam
siklus pengembangan sistem informasi.
3)
Metodologi
adalah rincian secara menyeluruh dari siklus pengembangan sistem informasi yang
mencakup; langkah demi langkah tugas dari masing-masing tahapan, aturan yang
harus dijalankan oleh individu dan kelompok dalam melaksanakan tugas, standar
kualitas dan pelaksanaan dari masingmasing tugas, teknik-teknik pengembangan
yang digunakan untuk masing-masing tugas ini berkaitan dengan teknologi yang
digunakan oleh pengembang.
4)
Teknik
terstruktur, merupakan pendekatan formasl untuk memecahkan masalah-masalah
dalam aktivitas bisnis menjadi bagian-bagian kecil yang dapat diatur dan
berhubungan untuk kemudian dapat disatukan kembali menjadi satu kesatuan yang
dapat dipergunakan untuk memecahkan masalah. Dalam hubungannya dengan
pengembangan system informasi dan software aplikasi system informasi, teknik
terstruktur terbagi menjadi :
·
Pemrograman
terstruktur adalah proses yang berorientasi kepada teknik yang digunakan untuk
merancang dan menulis program secara jelas dan konsisten.
·
Desain
terstruktur merupakan salah satu proses yang beroirentasi teknik yang digunakan
untuk memilahmilah program besar ke dalam hirarki modul-modul yang menghasilkan
program komputer yang lebih kecil agar mudah untuk diimplementasikan dan
dipelihara (dirubah).
·
Analisis
Terstruktur Modern merupakan teknik yang berorientasi kepada proses yang paling
populer dan banyak digunakan dewasa ini.
·
Pemodelan
Data merupakan suatu teknik yang berorientasi kepada data dengan menunjukkan
sistem hanya datanya saja terlepas dari bagaimana data tersebut akan diproses
atau digunakan untuk menghasilkan informasi.
·
Rekayasa
Informasi merupakan perpaduan dari pemodelan data dan proses, juga memberikan
penekanan baru terhadap pentingnya perencanaan sistem informasi.
Alat – alat pengembangan sistem
yang berbentuk grafik diantaranya adalah sebagai berikut ini.
1)
HIPO diagram, digunakan di metodologi HIPO dan di
metodologi yang lainnya (dibahas di modul O).
2)
Data flow diagram, digunakan di metodologi structured
systems analysis and design (dibahas di modul I).
3)
Structured chart, digunakan di metodologi SADT
(dibahas di lampiran C).
4)
Warnier/ Orr diagram, digunakan di metodologi Jakson
System Development (dibahas di lampiiran A).
5)
Jakson’s diagram, digunakan di metodologi Jakson
System Development (dibahas di lampiran A).
Alat – alat ini berupa suatu
bagan. Bagan dapat diklasifikasikan sebagai berikut ini:
1)
Bagan untuk menggambarkan aktivitas (activity
charting):
·
Bagan alir sistem (systems flowchart).
·
Bagan alir program (program flowchart) yang dapat
berupa: Bagan alir logika program (program logic flowchart) dan Bagan alir
program komputer terinci (detailed computer program flowchart).
·
Bagan alir kertas kerja (paperwork flowchart) atau
disebut juga dengan bagan alir formulir (form flowchart).
·
Bagan alir hubungan database (database relationship
flowchart).
·
Bagan alir proses (process flowchart).
·
Gantt chart.
2)
Bagan untuk menggambarkan tata letak (layout
charting).
3)
Bagan untuk menggambarkan hubungan personil (personal
relationship charting).
·
Bagan distribusi kerja (working distribution chart).
·
Bagan organisasi (organization chart).
Teknik yang tersedia untuk pengembangan sistem biasanya
tidak khusus untuk suatu metodologi tertentu, tetapi dapat digunakan di semua
metodologi yang ada.
Teknik – teknik yang dapat
digunakan adalah:
1)
Teknik manajemen proyek, yaitu CPM (Critical Path
Method) dan PERT (Program Evaluation and Review Technique). Teknik ini
digunakan untuk penjadwalan proyek (dibahas di modul A).
2)
Teknik menemukan fakta (fact finding techniques),
yaitu teknik yang dapat digunakan untuk mengumpulkan data dan menemukan fakta –
fakta dalam kegiatan memperlajari sistem yang ada. Teknik – teknik ini
diantaranya adalah:
·
Wawancara (interview), dibahas di modul B
·
Observasi (oberservation), dibahas di modul C
·
Daftar pertanyaan (questioners), dibahas di modul D
·
Pengumpulan sampel (sampling), dibahas di modul E.
3)
Teknik analisis biaya/manfaat (cost-effectiveness
analysis atau cost-benefit analysis), dibahas di modul F.
4)
Teknik untuk menjalankan rapat, dibahas di modul G.
5)
Teknik inspeksi/walkthrough, dibahas di modul H.
4.
Kebijakan
system
Definisi Kebijakan Sistem
Kebijakan sistem (systems policy) merupakan landasan dan
dukungan dari manajemen puncak untuk membuat perencanaan sistem.
Kebijakan sistem itu sendiri antara lain dilakukan oleh
management puncak, mengembangkan suatu sistem informasi,
menyediakan manajemen dengan informasi yang cukup,
meningkatkan produktifitas karyawan.
Tugas dari staf planing dibagi dalam beberapa bagian :
1) Analisis sistem: mengevaluasi permasalahan-permasalahan,
hambatan-hambatan yang terjadi dan kebutuhan-kebutuhan yang diharapkan sehingga
dapat diusulkan perbaikan-perbaikan.
2) Desain sistem secara umum : tujuan untuk memberikan
gambaran secara umum kepada user tentang sistem yang baru.
3) Desain sistem secara terinci: tujuan untuk memberikan
gambaran secara terperinci kepada user tentang sistem yang baru.
4) Seleksi sistem :
menyeleksi penggunaan software maupun
hardware di dalam penerapan sistem baru.
5) Implementasi sistem :
menerapkan sistem informasi di dalam satu organisasi atau perusahaan.
Perawatan sistem: tujuannya adalah untuk menjaga agar
sistem informasi dapat digunakan dlm organisasi tsb dlm jangka waktu yang cukup
lama.
Proses Perencanaan Sistem
Proses perencanaan sistem dibagi dalam 3 proses utama
yaitu:
1) Merencanakan proyek-proyek sistem, meliputi:
a. Mengkaji tujuan, perencanaan strategi dan taktik
perusahaan
b. Mengidentifikasi proyek-proyek sistem
c. Menetapkan sasaran proyek-proyek sistem
d. Menetapkan kendala proyek-proyek sistem
e. Menentukan prioritas proyek-proyek sistem
f. Membuat laporan perencanaan sistem
2) Mempersiapkan proyek-proyek sistem yang akan
dikembangkan, meliputi:
a. Menunjuk team analis
b. Mengumumkan proyek pengembangan sistem
3) Mendefinisikan proyek-proyek dikembangkan, meliputi:
a. Melakukan studi kelayakan
b. Menilai kelayakan proyek sistem
c. Membuat usulan proyek sistem
d. Meminta persetujuan manajemen
5.
Proyek
system informasi di PT (Perguruan Tinggi)
1)
Proyek E- LEARNING
Pada era teknologi informasi sekarang ini, sebuah perguruan tinggi telah
mulai menerapkan konsep E-Distance Learning sebagai metode pembelajaran
bagi para mahasiswanya. Dengan E-Learning on-line hingga off-line, maka
forum diskusi dengan materi-materi kuliah dapat didiskuasikan melalui email,
blog, fasebook serta teleconfren sebagai sarana pencari dan memberi informasi
perkuliahan. Bahkan link-link tertentu menuju suatu referensi, akan menjadi
menu utama dalam web E-Learning resmi yang mereka publikasikan melalui
internet. Dengan fasilitas inilah para mahasiswa, mereka dapat belajar kapan
saja, dimana saja dan dari mana saja mereka mau sehingga waktu yang mereka
miliki dapat lebih dimanfaatkan semaksimal mungkin.
1.
Kebutuhan
Individu Mahasiswa :
·
Akses, mencakup aspek : Peralatan, prosedur, dan
fleksibilitas waktu dan kesempatan.
·
Pendekatan
yang komprehensif, mencakup : andal, akurat, lengkap, tepat cepat,
·
terstruktur
& terorganisir serta terkomunikasikan.
·
Keseimbangan
antara training dan learning : Belajar secara mandiri maupun kelompok.
2.
Kebutuhan
Pencitraan Perguruan Tinggi :
·
Kontribusi
kepada nilai-tambah sebuah perguruan tinggi membentuk citra : "the right
information to the right people at the right time".
·
Budaya
keterbukaan : "Collective Intelligence"
·
Optimalisasi
: infrastruktur, sarana prasarana dan jangkauan.
·
Pembelajaran
: Akses, Fokus Tanformasi, Media, Fasilitas, Jadwal dan Admin.
Ada beberapa alasan penggunaan E-Learning di berbagai perguruan
tinggi :
1.
Digunakan
sebagai media interaktif, menarik, dan menantang di dalam usaha meningkatkan
pemahaman, pengertian dan pembelajaran dan pendidikan antara dosen dengan
mahasiswa dalam proses belajar mengajar.
2.
Pembelajaran
yang terus menerus karena tidak diperlukannya sebuah tatap muka dan mahasiswa
juga bisa selalu mempelajari sesuatu yang baru.
3.
Dituntutnya
peran aktif semua elemen untuk ikut selalu mengembangkan keilmuan. Untuk dosen
pengajar dituntut untuk selalu memperbarui dan mencari sumber materi pustaka
yang lebih bermutu dikarenakan mahasiswa bisa belajar dengan banyak di media
web. Di satu sisi lain, mahasiswa dituntut juga untuk selalu bersaing dengan
adanya informasi yang lengkap.
4.
Mahasiswa
bisa dimana dan kapan saja untuk belajar suatu mata perkuliahan atau yang
lainnya. Dan dosen bisa saja memasukkan matede perkuliahan tertentu dan bisa
memonitoring kegiatan belajar mahasiswanya.
5.
Dapat
diimplementasikan di lingkungan perguruan tinggi itu sendiri sehingga menghemat
biaya operasional.
Maksud dan tujuan dari pengembangan E-Learning antara lain :
1.
Menyediakan
fasilitas penunjang kegiatan akademis terutama kegiatan pengembangan mutu
belajar-mengajar.
2.
Meningkatkan
kinerja dari SDM Pengajar dan kompetisi belajar antar mahasiswa dari sebuah
perguruan tinggi.
3.
Menampilkan
semua data mata kuliah dan pelatihan beserta matode yang mendukung.
4.
Memonitoring
perkembangan aktivitas proses belajar-mengajar.
5.
Memudahkannya
proses belajar dari mahasiswa dengan adanya fasilitas jaringan computer kampus.
6.
Mempunyai
kemampuan menyajikan hasil dari perkuliahan yang telah ditempuh.
Keunggulan dan keuntungan yang diperoleh dari E-Learning Distance yaitu :
1.
Dapat
melaksanakan proses kegiatan pengelolaan manajemen kegiatan belajar mengajar
secara terstruktur dan terintegrasi.
2.
Mempermudah
inventarisasi data mata kuliah dan kemahasiswaan secara cepat dan akurat.
3.
Transfer
Data dapat dilakukan secara on-line dan off-line.
4.
Optimalisasi
mutu pembelajaran.
5.
Efisiensi
waktu, tenaga dan biaya.
6.
Dapat
dilakukan pengawasan secara berkala.
7.
Sistem
aplikasi yang terintegrasi
2)
Analisis
Manajemen Proyek untuk Sistem Informasi Penjadwalan Perkuliahan di Jurusan
Teknik Informatika (Universitas Indraprasta PGRI Jakarta)
Universitas X merupakan institusi pendidkan yang menitik
beratkan pada pendidikan keguguruan, tapi beberapa tahun ini sudah dibuka
Jurusan Teknik Informatika yang menekankan pada penguasaan computer pada
mahasiswanya. Penjadwalan menentukan pelaksanaan untuk setiap kegiatan
perkuliahan baik matakuliah, ruang, kelas, dosen dan lain-lain. Penjadwalan
merupakan pembagian waktu agar dalam pengerjaannya lebih efisien dan teratur.
Sedangkan penjadwalan yang ada saat ini masih memiliki banyak kendala yang
dihadapi di mulai dari sering terjadinya tabrakan jadwal perkuliahan yang
dikarenakan oleh terbatasnya ruangan yang ada. Untuk mengatur semua kegiatan di
Teknik Informatika seperti jadwal kuliah, dosen, ruangan, kelas dan lain-lain,
maka harus dibuat aplikasi sistem informasi penjadwalan Jurusan Teknik
Informatika untuk membantu dalam proses penjadwalan perkuliahan. Masalah yang
dihadapi saat ini adalah:
·
Sering
terjadi tabrakan antara jadwal yang satu dengan yang lainnya,
·
Data
yang berhubungan denga penjadwalan perkuliahan memiliki database, namun hanya
di simpan dalam fale excel,
·
Penjadwalan
secara manual membutuhkan waktu yang lama, sehingga kurang efisien dan efektif,
·
Seiring
dengan perkembangan teknologi yang tinggi diharapkan Jurusan Teknik Informatika
dapat memiliki aplikasi system informasi penjadwalan yang akan membantu dalam
proses penjadwalan.
Jika proyek pembuatan aplikasi penjadwalan telah selesai dan
diimplementasikan, maka manfaat yang dapat dirasakan adalah:
·
Mengurangi
terjadinya tabrakan antar jadwal,
·
Data
yang berhubungan dengan penjadwalan akan tersimpan lebih aman dalam sebuah
database dan lebih mudah dalam penggunaannya,
·
Akan
lebih efisien dan efektif dalam proses penjadwal perkuliah tanpa harus memakan
waktu yang lama,
·
Implementasi
dalam pemanfaatan teknologi informasi khususnya untuk penjadwalan perkuliahan.
3)
Aplikasi
E-Task Berbasis Student Center Learning Pada Matakuliah Manajemen Proyek Sistem
Informasi.
SCL adalah salah satu pendekatan pengajaran dalam pendidikan
yang memberikan kebebasan pada siswa untuk menggali sendiri ilmu pengetahuan
secara mendalam, sehingga mampu meningkatkan kualitas siswa. Di dalam konteks
SCL format terbaik untuk menilai hasil belajar mahasiswa adalah yang terkait
dengan metodologi dan tujuan pembelajaran, terutama untuk kepentingan umpan
balik kepada mahasiswa. Institusi pendidikan banyak yang memanfaatkan sistem
berbasis web, dari mulai sekedar menampilkan berita atau informasi, pendaftaran
online, pembelajaran online, sampai pada penilaian online.
Selama proses pembelajaran berlangsung Dosen akan
memberikan latihan atau tugas untuk mengetahui apakah materi yang disampaikan
dapat dipahami dengan baik atau tidak. Dalam proses pemberian dan pengumpulan
tugas di Perguruan Tinggi kebanyakan masih dilakukan secara manual. Proses
pemberian tugas masih secara manual maksudnya, yaitu dalam pemberian tugas
masih dilakukan secara lisan atau tulisan. Terkadang dengan kegiatan ini Dosen
atau mahasiswa bisa lupa jika ada tugas yang diberikan, terlebih lagi jika
Dosen yang bersangkutan tidak dapat hadir maka penyampaian tugas akan
diwakilkan oleh Team Teaching atau ketua kelas. Dari kejadian tersebut biasanya
penyampaian tugas tidak dapat disampaikan dengan jelas sehingga perlu
menghubungi Dosen yang bersangkutan kembali. Proses pengumpulan tugas juga
masih secara manual. Dalam hal ini mahasiswa tidak dapat melihat hasil atau
nilai dari tugas yang dibuatnya yang diberikan oleh Dosen. Mahasiswa juga
kesulitan mengumpulkan tugas apabila mahasiswa tersebut berhalangan untuk hadir
di kelas.
Mahasiswa memahami bahwa proses pembelajaran SCL adalah
proses yang membutuhkan kreatifitas siswa, kesadaran siswa serta perlunya
dilakukan dengan penuh motivasi sehingga tujuan pembelajaran dapat terpenuhi.
Berdasarkan hal tersebut maka dibutuhkan sebuah aplikasi website yang dapat
memberikan layanan untuk pemberian tugas oleh Dosen dan pengumpulan tugas
secara cepat dan dapat diakses kapan saja dan di mana saja. Aplikasi E-Task
merupakan sebuah sistem yang memberikan layanan pemberian tugas dari Dosen
kepada mahasiswa. Dapat disimpulkan bahwa E-Task adalah tugas elektronik, atau
tugas yang dikirim dan diterima secara elektronik menggunakan komputer melalui
jalur internet. Sistem elektronik ini dapat membawa pengaruh terjadinya proses
transformasi informasi konvensional ke bentuk digital, baik secara isi dan
sistemnya di dalam menyelesaikan suatu persoalan terutama dalam bidang teknik
informatika.
4)
PEMANFAATAN
MODEL-VIEW-CONTROLLER (MVC) DALAM RANCANG BANGUN SISTEM INFORMASI RAKORNAS
APTIKOM 2017
Model-View-Controller (MVC) Model-View-Controller (MVC) adalah sebuah
konsep yang diperkenalkan oleh penemu Smalltalk (Trygve Reenskaug) untuk
meng-enkapsulasi data bersama dengan pemrosesan (model), mengisolasi dari
proses manipulasi (controller) dan tampilan (view) untuk direpresentasikan pada
sebuah user interface. MVC mengikuti pendekatan yang paling umum dari Layering.
Layering hanyalah sebuah logika yang membagi kode kita ke dalam fungsi di kelas
yang berbeda. Pendekatan ini mudah dikenal dan yang paling banyak diterima.
Keuntungan utama dalam pendekatan ini adalah penggunaan ulang (reusability)
kode.
Definisi teknis dari arsitektur MVC dibagi menjadi tiga lapisan:
1.
Model
Digunakan untuk mengelola informasi dan memberitahu pengamat ketika ada
perubahan informasi. Hanya model yang mengandung data dan fungsi yang
berhubungan dengan pemrosesan data. Sebuah model meringkas lebih dari sekedar
data dan fungsi yang beroperasi di dalamnya. Pendekatan model yang digunakan
untuk komputer model atau abstraksi dari beberapa proses dunia nyata. Hal ini
tidak hanya menangkap keadaan proses atau sistem, tetapi bagaimana sistem
bekerja. Sebagai contoh, programmer dapat menentukan model yang menjembatani
komputasi back-end dengan front-end GUI (graphical user interface).
2.
View
Bertanggung jawab untuk pemetaan grafis ke sebuah perangkat. View biasanya
memiliki hubungan 1-1 dengan sebuah permukaan layar dan tahu bagaimana untuk
membuatnya. View melekat pada model dan me-render isinya ke permukaan layar.
Selain itu, ketika model berubah, view secara otomatis menggambar ulang bagian
layar yang terkena perubahan untuk menunjukkan perubahan tersebut. Terdapat
kemungkinan beberapa view pada model yang sama dan masing-masing view tersebut
dapat merender isi model untuk permukaan tampilan yang berbeda.
3.
Controller
Menerima input dari pengguna dan menginstruksikan model dan view untuk
melakukan aksi berdasarkan masukan tersebut. Sehingga, controller bertanggung
jawab untuk pemetaan aksi pengguna akhir terhadap respon aplikasi. Sebagai
contoh, ketika pengguna mengklik tombol atau memilih item menu, controller
bertanggung jawab untuk menentukan bagaimana aplikasi seharusnya merespon.
5)
Inovasi
Manajemen Proyek ILearning Menggunakan Metode Agile Scrumban
ILearning merupakan sebuah inovasi dari era industri 4.0
dimana pembelajaran dilakukan secara online, ilearning bukan suatu hal yang
baru, banyak universitas dunia yang sudah menerapkan iLearning sejak beberapa
tahun yang lalu. Akan tetapi permasalahan nya adalah masih sedikit orang yang
membahas mengenai bagaimana sebua manajemen proyek iLearning ini berjalan
dengan baik dan lancar, tujuan dari penulisan ini adalah untuk merancang
bagaimana manajemen proyek iLearning dengan menggunakan metode agile scrumban.
Dan hasil dari penelitian ini adalah untuk pengguanaan manajemen proyek
iLearnig menggunakan metode agile ini menjadi lebih efektif. Pendekatan
manajemen proyek agile scrumban yang berkembang sebelumnya di industry
perangkat lunak dimana ia telah tumbuh dan berkembang dengan melalui kemajuan empiris
sangat cocok untuk skala besar seperti ilearning ini. Keuntungan utama
mengguanakan yang ditemukan Ketika menerapkan pendekatan agile dalam manajemen
proyek iLearning ini. Manajemen Agile melalui metode scrumban ini hampir
memaksa peserta atau klien untuk meningkatkan partisipasi mereka dalam
iLearning. Karena metodologi agile development scrumban memdudahkan dan
memberikan ruang bagi media pembelajaran agar dapat dikembangkan ke arah yang
lebih luas lagi dalam bentuk nya sebagai media pembelajaran.
Agile adalah sebuah metode manajemen proyek yang
menggunakan siklus pengembangan yang singkat, atau bisa disebut juga “sprint”
untuk focus pada peningkatan berkelanjutan dalam pengembangan suatu produk atau
atau layanan. Sementara yang lainnya menghindari metode pengembangan system
waterfall. Tidak sampai tahun 2001 bahwa “manifesto untuk pengembangan
perangkat lunak agile“ dan istilah agile menjadi identik dengan berbagai bentuk
metodologi pengembangan system informasi yang ada, dibawah naungan agile alliance.
METHOD
Metode penelitian yang digunakan pada saat ini adalah
dengan menggunakan metode pengembangan perangkat lunak agile scrumban. Scrumban
adalah gabungan dari metode development agile scrum dan Kanban untuk mencoba
menggunakan fitur dari kedua model pengembangan perangkat lunak. Keuntungan
utama dalam scrumban adalah membuat tim anggota dapat berkerja lebih kreatif
lagi dalam mengembangkan metode baru. Karena didalam scrumban juga mengandung
sifat dasar dari scrum dan juga fleksibilitas Kanban. Dan scrumban adalah
metode yang paling ringan. dimana tidak ada alat atau metode yang sepenuhnya
sempurna atau yang bisa membantu tim sepanjang waktu atau di dalam setiap
kegiatan aktivitas mereka. Dengan scrum ini dapat melengkapi prinsip scrum
dengan praktik dari Kanban dan menghasilkan metodologi yang luar biasa, yaitu
scrumban.
6)
PERANCANGAN
SISTEM INFORMASI AKADEMIS PERGURUAN TINGGI BERBASIS DATA DIKTI/EPSBED
Penelitian ini bertujuan membantu perguruan tinggi yang
belum memiliki sistem informasi akademik dan mempermudah pelaporan data EPSBED
kepada Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi (DIKTI). Metode penelitian yang
digunakan adalah tiga tahapan awal dalam System Development Life Cycle (SDLC),
yaitu system engineering, requirement analysis, dan design system. Hasil
penelitian ini berupa rancangan bisnis proses sebuah perguruan tinggi,
rancangan database yang dipakai, dan rancangan user interface. Dalam penelitian
ini ditemukan bahwa DIKTI memiliki struktur data tertentu yang dapat mewakili
aktifitas dasar dari sebuah program studi. Oleh karena itu, perancangan ini
selain untuk pelaporan EPSBED, juga dapat digunakan untuk pendataan aktifitas
dasar program studi.
Sistem Informasi Akademik adalah perangkat lunak yang
digunakan untuk menyajikan informasi dan menata administrasi yang berhubungan
dengan kegiatan akademis. Dengan penggunaan perangkat lunak seperti ini
diharapkan kegiatan administrasi akademis dapat dikelola dengan baik dan
informasi yang diperlukan dapat diperoleh dengan mudah dan cepat. Sistem Informasi
Akademik yang bersifat online memudahkan sivitas akademika untuk mengakses
informasi berkaitan dengan kebutuhan akademis. Informasi dapat diakses dari
komputer mana saja yang tersambung dengan jaringan kampus bila diketahui nama
akun dan kata sandi yang dibutuhkan (Satoto, 2009, p.3).
Tidak dapat dipungkiri bahwa saat ini pemanfaatan
teknologi informasi pada perguruan tinggi di Indonesia belum merata. Dimana
masih ada perguruan tinggi yang belum memanfaatkan teknologi infomasi secara
optimal, hal ini dapat menjadi kendala dalam pelaporan EPSBED. Diyakini dengan
menggunakan teknologi informasi dapat mempermudah dan mempercepat pengolahan
data dan penyajian informasi.
Belum optimalnya pemanfaatan teknologi informasi dari
masing-masing perguruan tinggi tentunya menciptakan beberapa kendala dalam
melakukan operasional akademis dan pembuatan Laporan EPSBED, seperti: (1)
Proses manual yang masih dilakukan di beberapa perguruan tinggi; (2) Banyaknya
data atau informasi yang harus dikelola dan dilaporkan; (3) Data yang belum
terintegrasi antar unit yang mengelola operasional akademis; (4) Struktur data
operasional akademis yang berbeda dari standar yang ditentukan DIKTI dalam
pelaporan EPSBED. Kondisi ini menimbulkan beberapa permasalahan dalam pembuatan
laporan EPSBED, yaitu: (1) kesulitan dalam pengumpulan data-data akademis; (2)
akurasi data yang dikumpulkan tidak terjaga dengan baik; (3) membutuhkan waktu
yang lebih lama dalam mengolah data dan membuat laporan. Melihat kondisi
tersebut, dilakukan penelitian untuk mengembangkan sebuah sistem informasi guna
mengolah kegiatan akademis pada sebuah perguruan tinggi berbasis data DIKTI
yang akan dilaporkan dalam EPSBED dengan berlandaskan beberapa teori Rekayasa
Piranti Lunak.
Method
Penelitian akan dilakukan dengan menggunakan metodologi
SDLC (Bennett, 2002, p.48). SDLC merupakan sebuah pendekatan sistematik
(systematic approach) sebagai pemecahan masalah dan dikomposisi dalam beberapa
fase. Hanya tiga tahapan yang dilakukan: (1) system engineering – pada tahap ini
akan dilakukan identifikasi atas kebutuhan utama dari keseluruhan sistem dan
kemudian identifikasi bagian-bagian dari sistem yang akan diimplementasikan;
(2) requirement analysis – pada tahap ini akan dilakukan pengumpulan data dan
informasi yang dibutuhkan, dengan melakukan studi pustaka dan observasi.
Kemudian dilakukan analisis dari kebutuhan; (3) design – pada tahap ini akan
dibuatkan perancangan bisnis proses operasional akademik, perancangan database
dengan diagram hubungan antar tabel dan perancangan User interface. Sedangkan
tahapan construction, testing, installation dan maintenance tidak dilakukan
dalam penelitian ini karena dalam penelitian ini hanya membahas analisis dan
perancangan sistem informasi
7)
MODEL
PERENCANAAN STRATEGIS SI/TI PERGURUAN TINGGI MENGGUNAKAN FRAMEWORK TOGAF (Studi
Kasus STKIP Kie Raha)
Sistem informasi mendorong perubahan dalam perusahaan maupun organisasi
kearah yang lebih kompetitif. Pemanfaatan sistem informasi telah menjadi hal
yang lumrah ketika suatu perusahaan atau organisasi ingin mengoptimalkan
produktifitas dari proses yang berjalan. Penerapan sistem informasi bisa
mengoptimalkan proses bisnis yang ada dan terobosan model bisnis tradisional
[1]. Tidak hanya perusahaan atau organisasi yang memanfaatkan TI untuk
mengoptimalkan produktifitas institusi pemerintahan dan perguruan tinggi pun
demikian, memanfaatkan TI untuk menunjang kinerja serta produktifitas. Beberapa
penelitian yang telah dilakukan sebelumnya mengenai pentingnya perencenaan
strategis suatu organisasi atau instItusi untuk dapat meningkatkan
produktifitas ketika menerapkan SI/TI [4]. Perencanaan SI/TI sangat diperlukan
sebuah kerangka kerja dalam merencanakan, merancang, dan mengelola
infrastruktur SI/TI yang disebut dengan Enterprice Architecture (EA). EA
dipandang sebagai sebuah pendekatan logis, komprehensif dan holistik untuk
mendefenisikan, merancang dan menerapkan sistem dan komponen sistem secara
bersamaan. Dengan kata lain EA mengintegrasikan SI/TI dengan proses bisnis di
dalam suatu arsitektur [2]. Untuk mengimplementasikan EA, diperlukan adopsi
sebuah metode/framework yang dapat digunakan sebagai acuan dalam pengelolaan
sistem yang kompleks. Ada banyak alternatif framework yang dapat digunakan,
seperti Zachman Framework, EAP, EAS, BEAM, TOGAF ADM, GEAF, dan lainnya [3].
Tetapi untuk mengadopsi secara langsung metode atau framework perencanaan
strategis dari suatu instutusi atau perguruan tinggi yang lain sangatlah sulit
dikarenakan adanya perbedaan proses bisnis dan kebutuhan bisnis sehingga perlu
disesuaikan setiap tahapan dari metode atau framework dengan kebutuhan bisnis
yang ada. Penelitian ini bertujuan membuat suatu model perencanaan strategis
SI/TI yang mendukung rencana bisnis untuk perguruan tinggi.
Method
Dari tinjauan
dan teori dikemukakan sebelumnya maka dibutuhkan suatu penyesuaian TOGAF
terhadap keadaan bisnis dari obyek yang diteliti, sehingga dapat dimodelkan
pada Gambar 4 tahapan perencanaan strategis SI/TI untuk STKIP Kie Raha. Pada
tahapan pertama digunakan untuk menggali informasi terkait STKIP Kie Raha
melalui dokumen renstra bisnis dan dokumen yang dianggap penting lainnya serta
dilakukan analisis internal dan eksternal untuk mengetahui linkungan bisnis dan
faktor-faktor pendorong bisnis STKIP Kie Raha. Pada tahapan kedua
mengidentifikasi dan mendokumentasikan keadaan arsitektur bisnis, sistem
informasi dan teknologi saat ini. Pada tahapan ketiga menyusun rencana
strategis dan portofolio SI/TI yang mendukung rencana bisnis dari STKIP Kie
Raha. Pada tahapan keempat dilakukan analisis kesenjangan yang ada antara
keadaan arsitektur saat ini dan rencana strategis. Tahapan kelima membuat
rencana migrasi dari berbagai prespektif prioritas sehingga membentuk suatu
roadmap implementasi. Tahapan yang terakhir melakukan penyusunan rekomendasi
untuk pelaksanaan tata kelola yang meliputi tata kelola SI/TI, Organisasi dan
tata kelola arsitektur serta melakukan pengawasan terhadap perkembangan
teknologi dan perubahan linkungan organisasi.
8)
Perancangan
Sistem Keamanan Kampus di Universitas Kebangsaan Bandung
Keamanan dan
kenyamanan menjadi yang sangat penting bagi setiap instansi pendidikan,
apalagi instansi tersebut adalah perguruan tinggi. Kemanan dan kenyamananmemang
harus terintegrasi secara jelas bagi perguruan tinggi, sehingga
dihasilkansuasana akademis yang sangat ideal. Dengan kondisi keamanan dan
kenyamanan yang baik otomatis juga akan meningkatkan kualitas dari
perguruan tinggi tersebut. Lainhalnya jika pada sebuah perguruan tinggi tingkat
keamanan dan kenyamananya masihsangat minim, hal akan berimbas buruk
terhadap proses akademis di perguruan tinggi Tersebut.
Begitupun
Universitas Kebangsaan Bandung yang memilikiluas pada saat ini adalah7.691 m2
dan luas bangunan 9.174 m2diperlukan keamanan & kenyamanan bagi setiapmahasiswanya
agar tidak terjadi hal yang tidak diinginkan diperlukan sistem keamananyang
mendukung .Banyak kejadian pencurian ketika di dalam kampus Universitas
Kebangsaan sendiriterutama dititik yang tidak terawasi karena sedikitnya
petugas yang berjaga padahaldengan luas 9.174 m2
diperlukan setidaknya 4 orang yang berjaga setiap harinya
dan 2-3orang yang berjaga setiap malam untuk fasilitas kamera Pengawas atau
CCTV masihsedikit hanya 1 saja yang di dekat ruang Rektor Bagian luar sedangkan
bagian lain tidak tersedia.
Method
1. Metode penelitian merupakan metode yang digunakan
dalam melaksanakan penelitian serta merupakan dasar penyusunan rancangan dalam
sebuah penulisan proposal.Dengan penggunaan metode penelitian diharapkan
menggunakan langkah dalam penyusunan dan penulisan praproposal.Metode yang
akan digunakan pada penyelesaian Tugas Akhirini yaitu metode pelaksanaan
dimana metode ini bertujuan untuk mengembangkanketerampilan-keterampilan baru,
cara pendekatan baru , atau produk pengetahuan yang baru dan untuk
memecahkan masalah dengan penerapan langsung di duniaaktual(lapangan).
Dalam model DPAER ((diagnosis, design, action and
observation, evaluation,reflection)) peneliti tindakan dimulai dari
diagnosis masalah sebelum tindakan dipilih.Setelah masalah didiagnosis,
peneliti mengidentifikasi tindakan dan memilih salah satutindakan yang
layak untuk mengatasi masalah.
Analisis sistem dapat didefinisikan sebagai penguraian
dari suatu sisteminformasi yang utuh ke dalam bagian-bagian komponennya dengan
maksud untukmengidentifikasi dan mengevaluasi permasalahan, kesempatan,
hambatan yang terjadidan kebutuhan yang diharapkan sehingga dapat diusulkan
perbaikkanya.Analisissistem dilakukan setelah tahap perancangan sistem dan
sebelum tahap perancangansistem.Langkah-langkah dasar melakukan analisa sistem
:
1.Identify yairu mengidentifikasi masalah
2.Understand yaitu memahami kerja dari system
yang ada.
3.Analysis yaitu menganalisa sistem.
4. Report yaitu membuat laporan hasil
analisis.Sebagai analisis pada sistem , akan dibahas bagaimana prosedur aliran
dokumen dalam bentuk flow map , analisis sistem non fungsional
yang meliputi analisis user yang terlibat ,
analisis perangkat lunak dan perangkat kerasa yang akan
digunakan ,analisis jaringan.Setelah analisis sistem dilakukan ,tahap
berikutnya adalah perancangansistem.Perancangan sistem dapat didefinisikan
sebagai tahap setelah perancangan sistemsecara umum dan perancangan sistem
secara terinci.Perancangan sistem mempunyai duatujuan yaitu memenuhi kebutuhan
kepada pemakai dan untuk memberikan gambaran yang jelas dan rancang bangun
yang lengkap kepada pemrogram dan ahli teknik lainnya yang terlibat.
9)
STUDI
PENELUSURAN (TRACER STUDY) ALUMNI PROGRAM STUDI MANAJEMEN PENDIDIKAN ISLAM
(MPI) FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN (FTIK) IAIN PURWOKERTO
Dalam menghadapi tantangan global, persaingan kerja, terutama dengan
diberlakukannya Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA), maka sudah menjadi kebutuhan
bagi setiap perguruan tinggi untuk mampu merancang konsep pendidikan yang
sanggup memenuhi kebutuhan eksternal.Sehingga, secara rutin perguruan tinggi
harus mengikuti perkembangan dan perubahan kebutuhan dunia praksis, agar
terjalin link match antara penyelenggaraan pendidikan pada perguruan tinggi dengan
dunia riil yang tergambarkan pada dunia kerja dan dunia usaha.
Sebagai bagian
dari institusi, keberadaan alumni merupakan hal yang sangat penting untuk
melihat dan menilai tingkat keberhasilan pola pendidikan dan kurikulum yang
telah dijalankan.Melalui profil alumni (lulusan), masyarakat menilai dan
membuktikan kualitas sebuah institusi pendidikan. Melalui kiprah dan kontribusi
alumni pula, nama baik dan kredibilitas peruruan tinggi dipertaruhkan.
Seberapa besar
lulusan perguruan tinggi mampu berkiprah dalam pembangunan sesuai relevansi
pendidikannya dapat dilakukan upaya penelusuran terhadap lulusannya (tracer
study). Tracer Study merupakan pendekatan yang memungkinkan institusi
pendidikan tinggi memperoleh informasi tentang kekurangan yang mungkin terjadi
dalam proses pendidikan dan proses pembelajaran dan dapat dijadikan dasar untuk
perencanaan aktivitas dan penyempurnaan di masa mendatang. Hasil Tracer Study
dapat digunakan perguruan tinggi untuk mengetahui keberhasilan proses
pendidikan yang telah dilakukan terhadap anak didiknya. Bahkan dalam program
akreditasi selalu mempersyaratkan adanya data hasil tracer study tersebut
melalui parameter masa tunggu lulusan, persentase lulusan yang sudah bekerja,
dan penghasilan pertama yang diperoleh.
Sebagai program
studi yang cukup ”tua”, yaitu sekitar 18 tahun, Prodi MPI yang semula bernama
Kependidikan Islam (KI) tentu telah banyak menghasilkan lulusan yang kini
tersebar di seluruh Indonesia. Jika menilik data terakhir, dalam empat tahun
terakhir (2012 s/d 2015), maka jumlah alumni Prodi MPI mencapai sekitar 226
orang. (Buku Wisuda STAIN Purwokerto dan IAIN Purwokerto 2012 s/d 2015) Dari
sejumlah alumni tersebut belum diketahui secara pasti dan detail persebarannya,
dimulai dari domisili, pekerjaan dan kiprah mereka dalam kehidupan sosial
kemasyarakatannya. Apakah pekerjaan yang mereka tekuni saat ini mencerminkan
kompetensi dari proses pendidikan yang selama ini telah mereka tempuh di Prodi
MPI IAIN Purwokerto.
Tidak adanya
informasi yang komprehensif tentang alumni MPI ini membuat kajian penelusuran
(tracer study) bagi alumni MPI menjadi sangat penting. Kajian penelusuran ini
perlu dilakukan untuk mengetahui sejauh mana lulusan MPI berkontribusi dan
memberikan kemanfaatan bagi masyarakat. Juga untuk melihat kesesuaian
kompetensi akademis yang telah dimiliki dengan bidang kerja yang yang mereka
garap saat ini. Hasil dari kajian ini tentu saja akan menjadi umpan balik (feed
back) bagi institusi, dalam hal ini Prodi MPI untuk mengevaluasi dan
memperbaiki kurikulum agar lulusan dapat mengakomodasi kebutuhan dan tuntutan
masyarakat.
Method
Kajian tracer
study ini merupakan penelitian deskriptif kualitatif, karena permasalahan yang
dibahas dalam penelitian ini tidak berhubungan dengan angka, tetapi berkaitan
dengan pendeskripsian, penguraian dan penggambaran suatu masalah yang sedang
terjadi. Jenis penelitian ini termasuk penelitian yang rinci mengenai suatu
subyek tertentu selama kurun waktu tertentu dengan cukup waktu mendalam dan
menyeluruh termasuk lingkungan dan kondisi masa lalunya. Penelitian ini
berusaha mendeskripsikan profil lulusan dan relevansi kurikulum Program Studi
Manajemen Pendidikan Islam melalui pendekatan survei. Variabel profil lulusan,
meliputi: 1) masa tunggu lulusan, 2) persentase lulusan yang sudah bekerja dan
pertama kali bekerja, 3) penghasilan pertama yang diperoleh, 4) Gaji Pertama
dan 5) Gaji Sekarang (gaji saat menerima Kuisioner). Variabel relevansi
kurikulum di Prodi MPI meliputi 1) Dukungan latar belakang pendidikan terhadap
karir pekerjaan 2) Kesesuaian kemampuan dengan kebutuhan institusi tempat
kerja.
10) DESAIN SISTEM
MANAJEMEN RISIKO PADA PERGURUAN TINGGI NEGERI BADAN HUKUM STUDI KASUS PADA
UNIVERSITAS GADJAH MADA
Perguruan
Tinggi Negeri Badan Hukum (PTN BH) adalah perguruan tinggi negeri yang
didirikan oleh pemerintah dan berstatus sebagai badan hukum publik yang otonom,
baik dalam bidang akademik maupun nonakademik. Otonomi PTN BH diatur dalam
UndangUndang Nomor 12 Tahun 2012 tentang Pendidikan Tinggi pasal 64. Sampai tanggal
31 Desember 2015, pemerintah telah menetapkan 11 perguruan tinggi sebagai PTN
BH yaitu; Institut Teknologi Bandung (ITB), Universitas Gadjah Mada (UGM),
Institut Pertanian Bogor (IPB), Universitas Indonesia (UI), Universitas
Pendidikan Indonesia (UPI), Universitas Sumatera Utara (USU), Universitas
Airlangga (Unair), Universitas Padjajaran (Unpad), Universitas Diponegoro
(Undip), Universitas Hasanudin (Unhas), dan Institut Teknologi Surabaya (ITS).
Perguruan
Tinggi Negeri Badan Hukum (PTN BH) perlu menerapkan manajemen risiko setidaknya
disebabkan oleh tiga hal. Pertama, aturan pemerintah yang mewajibkan
penerapannya, Kedua, penerapan manajemen risiko membantu PTN BH dalam mencapai
tujuan organisasi. Ketiga, perubahan status pengelolaan perguruan tinggi dari
PTN satuan kerja pemerintah menjadi PT Badan Hukum Milik Negara (PT BHMN),
selanjutnya menjadi PTN dengan Pola Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum
(PTN PPK BLU) dan saat ini sebagai PTN BH menimbulkan risiko yang perlu
dikelola.
Risiko di atas
dapat dicegah sebelum terjadi atau ditangani jika telah terjadi dengan
manajemen risiko. Risiko adalah kemungkinan terjadinya suatu peristiwa yang
dapat mengakibatkan dampak berupa kerugian atau kegagalan dalam pencapaian
tujuan organisasi (Griffiths, 2005; IRM dan AIRMIC, 2002; AS/NZS ISO
31000:2009, 2009; GOWA, 2007). Adapun manajemen risiko adalah sistem atau
proses yang dilakukan oleh personel di setiap level organisasi untuk
mengidentifikasi dan mengelola risiko guna menjamin pencapaian tujuan
organisasi (Rejda, 2006; Hanafi, 2006; GOWA, 2007; Moeller, 2007; Thomas. 2010;
Ariff dkk., 2014). Dengan mengimplementasikan manajemen risiko, PTN BH dapat
mengidentifikasi risiko, dampak hambatannya terhadap pencapaian tujuan dan
sasaran PTN BH, dan memilih serta menyiapkan cara paling tepat untuk mengatasi
hal tersebut.
UGM telah
memiliki kesadaran akan pentingnya manajemen risiko, meskipun belum
menerapkannya secara menyeluruh. Kesadaran risiko terlihat dari penggunaan
pendekatan probity audit dalam proses pengadaan barang dan jasa. Kantor Audit
Internal (KAI) UGM melakukan audit pada proses pengadaan barang/jasa sejak
proses perencanaan, pelaksanaan, hingga pemeliharaan. Meskipun demikian, UGM
belum menerapkan pengelolaan risiko yang meliputi seluruh unit kerja dan
aktivitas di universitas. Berdasarkan hal-hal di atas maka pertenyaan
penelitian ini adalah:
a.
Siapa
saja yang sebaiknya terlibat dalam sistem manajemen risiko UGM dan apa fungsi
masing-masing pihak tersebut?
b.
Bagaimana
proses manajemen risiko yang sebaiknya dijalankan oleh UGM?
c.
Bagaimana
prosedur manajemen risiko yang sebaiknya dijalankan oleh UGM?
Methode
Untuk memperoleh gambaran mengenai proses manajemen
risiko yang saat ini berjalan di UGM dan bagaimana proses ideal yang sebaiknya
dilakukan UGM, peneliti menggunakan teknik wawancara dan dokumentasi. Wawancara
berupa wawancara semitersruktur kepada 6 pejabat struktural yaitu (1) Wakil
Rektor Bidang Perencanaan, Keuangan dan Sistem Informasi, (2) Direktur
Keuangan, (3) Kepala Subdirektorat Sarana Direktorat Aset, (4) Kepala Seksi
Pendayagunaan, Penghapusan, Pengawasan, dan Pengendalian Aset (P4A) Direktorat
Aset, (5) Kepala Bagian Konsultasi dan Pengembangan Kantor Audit Internal, dan
(6) Wakil Dekan Bidang Keuangan, Aset, dan Sumber Daya Manusia Fakultas
Ekonomika dan Bisnis. Sampel dipilih dengan mempertimbangkan keterwakilan unsur
pimpinan, unsur pelaksana akademik, serta unsur pelaksana administrasi dan
pengembangan. Dokumentasi yang diperlukan dalam penelitian ini meliputi
informasi terkait profil UGM, peraturan dan informasi terkait, dan manajemen
risiko. Data profil UGM, mencakup sejarah singkat, visi, misi, tujuan, sasaran,
tugas, fungsi, dan struktur organisasi. Data peraturan dan informasi terkait
meliputi peraturan pemerintah, peraturan menteri, peraturan rektor, catatan,
transkrip, buku dan pedoman, surat kabar daring, majalah, serta dokumentasi
lainnya yang relevan. Data manajemen risiko meliputi Rencana Strategis
(Renstra), Rencana Operasional (Renop), kontrak kinerja antara UGM dengan
Kemenristekdikti, dan data lainnya yang relevan.
Penelitian ini menggunakan interactive model dalam
analisis data hasil wawancara. Interactive model menggunakan 4 komponen, yaitu
(1) pengumpulan data, (2) reduksi data, (3) penyajian data, dan (4) simpulan
atau verifikasi (Miles dan Huberman, 1984; Sugiyono, 2007). Pengumpulan data
dilakukan melalui wawancara dan dokumentasi. Wawancara dilakukan dengan
personal interview, yaitu wawancara tatap muka langsung dengan responden (Jogiyanto,
2004). Hasil wawancara direkam dengan alat perekam dan disalin dalam bentuk
transkrip. Reduksi data dilakukan dengan kodefikasi dan axial coding atas hasil
wawancara. Data yang diperoleh dari wawancara disalin dalam bentuk transkrip,
ditelaah dan diberi kode tertentu pada setiap frasa, kalimat, atau paragraf
berdasarkan topik. Data yang diberi kode tersebut dikelompokkan ke dalam
kategori tertentu, kemudian dicari hubungan antarkategori (axial coding).
Proses reduksi data dilakukan terusmenerus selama penelitian berlangsung.
Penyajian data dilakukan dengan narasi dan flowchart untuk mengorganisasikan
data. Data yang telah direduksi, disajikan dalam bentuk narasi dan flowchart
(diagram alur), menggambarkan proses manajemen risiko di UGM. Melalui penyajian
data dengan narasi dan diagram alur tersebut, data akan terorganisasikan,
tersusun dalam pola hubungan, sehingga mudah dipahami. Penarikan simpulan dan
verifikasi dilakukan berdasarkan proses reduksi dan penyajian data. Simpulan
didukung oleh bukti-bukti valid dan konsisten selama proses penelitian
berlangsung. Simpulan akan menjawab rumusan masalah yang ditetapkan sejak awal.
Comments
Post a Comment